SURABAYA, Kamis (26/10/2023): Hari Rabu (25/10/2023) pasangan Capres Cawapres Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka yang diusung Partai Gerindra, Partai Golkar, Partai Amanat Nasional, Partai Demokrat, Partai Gelora, Partai Bulan Bintang (PBB) dan PSI resmi mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) Pusat.
Sebelumnya, pasangan Anies Baswedan dengan Muhaimin Iskandar yang diusung oleh Partai Nasdem, PKB dan PKS telah lebih dahulu mendaftar ke KPU. Begitu juga dengan pasangan Ganjar Pranowo dan Mahfud MD yang diusung oleh partai PDIP, PPP, Perindo, dan Hanura.
"Ke-3 pasangan capres dan cawapres tersebut akan bertarung di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 untuk memenangkan hati rakyat Indonesia. Dan kami sebagai pengusaha memiliki harapan untuk ekonomi Indonesia kedepan," kata Adik Dwi Putranto, Surabaya, Kamis (26/10/2023)
Ia menegaskan, pengusaha memiliki harapan besar agar mereka memiliki komitmen kuat untuk membawa Indonesia menjadi negara maju dengan kekuatan ekonomi yang cukup besar.
"Kalau pengusaha di seluruh Indonesia, kurang lebih sama dengan yang dipikirkan pengusaha di Jatim. Fahamnya adalah pertumbuhan ekonomi. Dan ini sudah sejalan dengan tujuan serta rencana jangka panjang pemerintah 2045 Indonesia emas. Dimana dalam Indonesia emas itu Indonesia akan menjadi negara terbesar ke-5 dalam kekuatan ekonomi," tegasnya.
Ia menegaskan, tentunya dari pasangan capres cawapres tersebut harus memiliki roadmap yang mengarah kepada satu tujuan, yaitu menjadikan Indonesia sebagai negara tangguh dan mandiri dalam semua aspek.
"Supaya tahu siapa diantara pasangan capres cawapres yang mengarah ke tujuan tersebut maka harapan kami setiap pasangan capres cawapres dalam kesempatan kampanye harus menyampaikan gagasannya tentang bagaimana membawa Indonesia menjadi negara dengan kekuatan ekonomi terbesar ke lima dunia," tandasnya
Gagasan yang harus disampaikan tersebut, lanjut Adik, juga berisi langkah strategis hingga langkah taktisnya seperti apa agar target 2045 Indonesia emas terwujud. "Langkah taktisnya bagaimana, dari segi investasinya bagaimana, SDM-nya bagaimana dan kedaulatan pangannya bagaimana. Itu yang harus disampaikan saat kampanye," terang Adik.
Dengan demikian, kampanye tidak menjadi tempat untuk sekedar mengumbar janji dengan model retorika belaka. Karena kampanye yang berisi janji-janji seperti akan mensejahterakan masyarakat, akan mengurangi pengangguran atau akan mengentaskan kemiskinan adalah kampanye model retorika yang dianggap kuno dan tidak ada isinya.
"Dan saya belum pernah mendengar ke tiga pasangan capres dan cawapres yang telah mendaftar itu mengungkapkan gagasannya tentang langkah strategis dan langkah taktis untuk menuju Indonesia emas," tambah Adik.
Jika semua pasangan capres cawapres sudah menyampaikan gagasannya, maka tinggal masyarakat yang akan memilih mana yang lebih cepat untuk memimpin Indonesia menjadi negara terbesar ke lima di dunia.
Terkait ekonomi tahun 2024, ia menjelaskan bahwa ekonomi Jatim diperkirakan masih mampu tumbuh sebesar tumbuh sebesar 5,24% (yoy). Sementara laju Inflasi tahun depan juga diharapkan dapat dikendalikan pada angka 2,84%.
“Hal ini terkait dengan tahun politik dimana akan terjadi peningkatan pengeluaran konsumsi Pemerintah (PK-P), pengeluaran konsumsi Rumah Tangga (PK-RT) dan pengeluaran konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (PKLNPRT), seperti Partai Politik, yang diharapkan akan meningkatkan PDB daerah. Apalagi jika dikaitkan dengan Jatim yang selalu menjadi arena “final battle ground” pilpres sejak pemilu 2014 hingga sekarang," ujarnya.
Namun demikian, ada sejumlah hal yang patut diperhitungkan bahwa kondisi global pada tahun 2024 sangat tidak menentu. Perang Rusia-Ukraina yang tak kunjung selesai, ditambah badai El Nino yang melanda dunia hingga awal tahun depan, akan memicu terjadinya krisis pangan dunia.
"Perang Israel-Hamas yang cenderung yang melebar ke kawasan Timur Tengah juga akan sangat berdampak pada kenaikan harga energi dunia," katanya.
Selain itu, kondisi defisit ekspor yang berkelanjutan sebagai akibat lemahnya daya beli negara-negara tujuan ekspor Jawa Timur juga akan berdampak serius pada neraca perdagangan luar negeri Jawa Timur.
"Beberapa hal diatas harus dipikirkan dan diwaspadai agar dampak kondisi ekonomi global tersebut tidak berdampak signifikan kepada ekonomi dalam negeri, termasuk di Jawa Timur," pungkasnya.(*)